Ayat Al-Quran Yang Berkaitan Dengan Sistem Informasi
وَلَقَدْ جِئْنَاهُمْ بِكِتَابٍ فَصَّلْنَاهُ عَلَى عِلْمٍ هُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ (٥٢)
Artinya : “Sungguh, Kami telah mendatangkan Kitab (Al-Qur’an) kepada mereka, yang Kami jelaskan atas dasar pengetahuan, sebagai petunjuk dan rahmat orang-orang yang beriman” (Q.s Al-araf;52).
Berdasarkan atas QS. Al A’raaf: 52 seperti yang sudah disebutkan di atas, Al Qur’an sudah seharusnya diposisikan sebagai sumber informasi, sumber data-data serta sebagai ilmu pengetahuan tentang kehidupan alam semesta dengan segala kehidupan yang ada di dalamnya. Dengan demikian kita menjadikan Al Qur’an bukan semata-mata sebagai postulat teologis tetapi sekaligus juga memposisikannya sebagai sumber teori. Elaborasi yang dilakukan terhadap konstruk-konstruk teoritis Al Qur’an yang demikian tadi pada akhirnya akan menghasilkan perumusan-perumusan teoritis yang dapat dipakai untuk membangun perspektif Al Qur’an di dalam memahami realita kehidupan.
Ayat Al-Quran Yang Berkaitan Dengan Sistem Informasi
وَلَقَدْ جِئْنَاهُمْ بِكِتَابٍ فَصَّلْنَاهُ عَلَى عِلْمٍ هُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ (٥٢)
Artinya : “Sungguh, Kami telah mendatangkan Kitab (Al-Qur’an) kepada mereka, yang Kami jelaskan atas dasar pengetahuan, sebagai petunjuk dan rahmat orang-orang yang beriman” (Q.s Al-araf;52).
Berdasarkan atas QS. Al A’raaf: 52 seperti yang sudah disebutkan di atas, Al Qur’an sudah seharusnya diposisikan sebagai sumber informasi, sumber data-data serta sebagai ilmu pengetahuan tentang kehidupan alam semesta dengan segala kehidupan yang ada di dalamnya. Dengan demikian kita menjadikan Al Qur’an bukan semata-mata sebagai postulat teologis tetapi sekaligus juga memposisikannya sebagai sumber teori. Elaborasi yang dilakukan terhadap konstruk-konstruk teoritis Al Qur’an yang demikian tadi pada akhirnya akan menghasilkan perumusan-perumusan teoritis yang dapat dipakai untuk membangun perspektif Al Qur’an di dalam memahami realita kehidupan.
Dari QS. Al A’raaf: 52, seperti yang telah disebutkan di atas, kalimat yang menyatakan Kami jelaskan atas dasar-dasar ilmu pengetahuan dari Kami sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, dapat diintepretasikan bahwa cara penyusunan Al Qur’an sudah sesuai dengan dasar-dasar penyusunan karya imiah masa kini. Pola penyusunannya tersebut merupakan petunjuk untuk menggali keilmuan atau rahmat yang berguna di dalam kehidupan kita sehari-hari. Sedangkan kata-kata ilmu pengetahuan dari Kami mengisyaratkan adanya perbedaan yang menyangkut masalah kelengkapan antara ilmu pengetahuan agama dengan ilmu pengetahuan masa kini yang dikembangkan oleh orang-orang Barat.
[Mereka yang enggan mengikuti pada apa yg telah di turunkan Allah Swt.]
وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا ۗ أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ شَيْئًا وَلَا يَهْتَدُون
Artinya : “Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,” mereka menjawab: “(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami”. “(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?”(Q.s Al-baqarah 2;170).
setiap sistim pada dasarnyabersifat terbuka, dia bersifat responsif terhadap adanya stimulasi yang disebabkan karena adanya interaksi dengan lingkungan. Karena berasal dari penjelasan Tuhan, maka ayat-ayat kauliah maupun susunannya bersifat konstan, tidak berubah-ubah atau dengan kata lain sudah dibakukan. Pada pihak lain, ayat-ayat kauiniah bersifat dinamis, berubah-ubah terus sesuai dengan kebutuhan hidup manusianya, namun selalu cenderung kembali ke kodratnya dia yang secara total tunduk dan patuh terhadap hukum alam (sunatullah). Adanya kondisi yang demikian ini, maka kajian terhadap Al Qur’an seharusnya juga bersifat dinamis sehingga tetap bersifat responsible terhadap realitas yang dinamis tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut, Tuhan sendiri melalui beberapa ayatnya menganjurkan bahwa hendaknya manusia tidak bersikap menutup diri terhadap dinamika yang terjadi di realitas. Anjuran yang demikian tadi lain ditunjukkan oleh ayat berikut ini.
Al-Quran memerintahkan manusia untuk terus berusaha meningkatkan ilmunya. Diciptakannya dua obyek ilmu itu adalah untuk mengenalkan yang maha benar yaitu,Allah. Dengan demikian tidak bisa dipisahkan antara ilmu dengan Allah.
1. Kanteks Ilmu Menurut Al-Qur’an
Di dunia barat terjadi dikotomi antara fakta dan nilai. Teori ini disebut konsep netralitas ilmu yang berarti terjadi pemisahan antara etika dan ilmu.
Dalam Islam harus terpadu antar ilmu, etika, dan agama. Kita perhatikan firman Allah dalam surat Al-Luqman ayat 20 :
أَلَمْ تَرَوْا أَنَّ اللَّهَ سَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ وَأَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهُ ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةً وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُجَادِلُ فِي اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَلا هُدًى وَلا كِتَابٍ مُنِيرٍ (٢٠)
Artinya : “Tidakkah kamu memperhatikan bahwa Allah telah menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang di bumi untuk (kepentingan)mu dan menyempurnakan nikmat-Nya untukmu lahir dan batin. Tetapi di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu atau petunjuk dan tanpa kitab yang memberi penerangan” (Q.s Al-luqman;20).
2. Dasar-dasar Informatika Dalam Wawasan Islam
1. Hakikat Informasi
Informasi, maklumat atau apa-apa yang diketahui dinamai informasi pasif. Sedang informasi yang aktif disebut kode. Dan kode bisa disebut data.
Kode dan data bagaikan ilmu dan amal. Kode dan data terdapat pemikiran yang berkaitan dan ini disebut algoritma.
Algoritma menentukan pilihan untuk menghasilkan sesuatu yang berupa program. Hasil program adalah berupa informasi yag kemudian menjadi ilmu.
2. Rekayasa Informatika Dalam Pandangan Islam
0 comments: